-
Perang Dagang Global: Gelombang Besar yang Siap Menggulung Ekonomi Dunia
“Ketika dua gajah bertarung, rumputlah yang hancur. Dunia hari ini sedang menjadi rumput dalam duel ekonomi terbesar abad ini: Amerika vs Cina.” 10 April 2025 menjadi tonggak sejarah baru dalam babak gelap ekonomi global. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump—dengan gaya khas populis-agresifnya—menandatangani dekrit kenaikan tarif impor barang dari Cina hingga 50 persen. Ini menjadikan total tarif untuk produk impor Cina yang masuk ke Amerika Serikat mencapai 104 persen. Ya, Anda tidak salah baca: 104 persen! Barang senilai 1 juta dolar, harus dibayar lebih dari 2 juta hanya untuk masuk pasar Amerika. Ini bukan sekadar perang dagang. Ini adalah deklarasi perang ekonomi terbuka! Tak butuh waktu lama, Cina merespons dengan tak…
-
Perang Dagang Baru, Momen Kebangkitan UMKM dan Perlindungan Produk Dalam Negeri
Ketika dunia berharap pemulihan ekonomi global pascapandemi berjalan mulus, sebuah badai baru datang dari arah tak terduga: Amerika Serikat secara resmi menerapkan tarif impor hingga 32% terhadap sejumlah produk asal Indonesia per 5 April 2025. Keputusan ini sontak menjadi pukulan telak bagi dunia usaha nasional, terutama sektor ekspor yang selama ini bergantung pada pasar Amerika. Namun, apakah ini akhir dari segalanya? Justru tidak. Ini adalah momen kebangkitan. Inilah saatnya Indonesia menyalakan kembali semangat perlindungan produk dalam negeri, memperkuat UMKM sebagai benteng ekonomi, dan membangun daya tahan nasional dalam pusaran geopolitik global. Tarif Resiprokal: Dunia Terancam Terjerembab dalam Perang Dagang Baru Langkah sepihak Amerika memicu efek domino. Negara-negara lain merespons dengan…
-
Tarif Trump Diberlakukan, Rupiah Tertekan: Indonesia dalam Pusaran Perang Dagang Baru
Tanggal 5 April 2025 menjadi titik genting dalam sejarah perdagangan global, ketika Amerika Serikat resmi memberlakukan tarif impor sebesar 32% terhadap berbagai produk unggulan dari Indonesia. Kebijakan ini bukan hanya sekadar lembaran baru dalam ketegangan dagang internasional, melainkan juga menjadi peringatan keras bagi negara-negara berkembang: dunia tak lagi steril dari proteksionisme ekstrem. Indonesia, yang selama ini menempatkan ekspor sebagai salah satu mesin pertumbuhan ekonomi, tiba-tiba harus berhadapan dengan realitas pahit. Tarif tinggi ini menempatkan banyak sektor industri dalam kondisi “hidup segan mati tak mau”. Rupiah pun digiring ke ujung tanduk, berada dalam tekanan hebat akibat ketidakpastian global yang kian menggila. Tarif Balasan dan Tuduhan Manipulasi Tarif ini muncul setelah AS…