HOME

Pantura Lamongan Siap Jadi Magnet Investasi Maritim dan UMKM

Oleh: Dr. H. Abid Muhtarom (Dekan FEB UNISLA)

Lamongan, KabarOne News.com-Pantai Utara Lamongan menyimpan pesona ekonomi yang selama ini belum sepenuhnya tersentuh. Di balik deburan ombak dan geliat nelayan yang setia pada lautnya, sebenarnya tersimpan peluang besar bagi pengembangan bisnis berbasis maritim. Kawasan pesisir Pantura bukan hanya menyuguhkan panorama alam yang memikat, tetapi juga potensi ekonomi yang bisa menjadi motor penggerak kesejahteraan masyarakat jika dikelola dengan visi jangka panjang dan dukungan kebijakan yang berpihak pada rakyat.

Peluang bisnis di kawasan pesisir sejatinya bukan sekadar pada sektor perikanan tangkap. Lebih dari itu, Pantura Lamongan bisa dikembangkan menjadi kawasan ekonomi terpadu berbasis maritim, pariwisata, dan UMKM. Investasi jangka panjang harus diarahkan untuk meningkatkan nilai ekonomi kawasan, bukan hanya mengejar keuntungan sesaat. Contohnya, pengembangan pelabuhan perikanan, sentra olahan hasil laut, hingga wisata bahari berbasis konservasi. Semua ini bisa menciptakan efek ganda ekonomi yang signifikan, dari penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan daerah, hingga memperkuat daya saing daerah dalam kancah ekonomi nasional.

Namun, membuka peluang bisnis di pesisir tidak cukup hanya dengan niat baik. Dibutuhkan kehadiran nyata pemerintah daerah untuk menarik investor agar mau menanamkan modalnya di wilayah ini. Pemerintah Kabupaten Lamongan harus mampu memposisikan diri sebagai jembatan antara kepentingan pusat dan kebutuhan lokal. Kolaborasi dengan pemerintah pusat menjadi kunci, terutama dalam program pembangunan ekonomi maritim dan pengembangan kawasan strategis nasional. Ketika pemerintah daerah aktif menjadi bagian dari program strategis tersebut, kepercayaan investor akan tumbuh. Mereka akan melihat Pantura Lamongan bukan hanya sebagai wilayah pinggiran, tetapi sebagai kawasan potensial yang siap berkembang pesat.

Salah satu langkah konkret yang perlu dipikirkan adalah menciptakan sistem insentif bagi investor, seperti kemudahan perizinan, dukungan infrastruktur dasar, dan kepastian hukum. Investor tentu lebih tertarik menanamkan modalnya jika merasa aman, nyaman, dan memiliki prospek keuntungan yang jelas. Dalam konteks ini, pemerintah daerah tidak hanya bertugas “menarik” investor, tetapi juga memastikan investasi tersebut memberikan manfaat langsung bagi masyarakat pesisir, bukan malah menggeser mereka dari ruang hidupnya.

Di sisi lain, kesiapan pelaku UMKM menjadi faktor penentu keberhasilan pengembangan ekonomi pesisir. Banyak UMKM di Lamongan yang sebenarnya sudah mengakar kuat di bidang pengolahan hasil laut seperti ikan asap, kerupuk ikan, dan terasi. Sayangnya, mereka masih menghadapi kendala klasik seperti keterbatasan modal, akses pasar, serta kemampuan manajerial yang masih perlu ditingkatkan. Jika arus investasi mulai masuk, UMKM lokal harus siap menjadi bagian dari rantai ekonomi baru ini, bukan sekadar penonton.

Perguruan tinggi seperti Universitas Islam Lamongan (UNISLA) memiliki tanggung jawab moral dan akademis untuk memastikan hal itu. Melalui kajian akademis, pelatihan, dan pendampingan berbasis riset, UNISLA dapat menjadi mitra strategis pemerintah dan pelaku usaha. Kampus memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi potensi ekonomi lokal, merumuskan strategi pengembangan berbasis kearifan lokal, serta memberikan rekomendasi kebijakan yang realistis dan berkelanjutan.

Kearifan lokal masyarakat pesisir tidak boleh diabaikan. Mereka telah hidup berdampingan dengan laut selama puluhan tahun dan memiliki pengetahuan mendalam tentang ritme alam. Oleh karena itu, pendekatan pembangunan ekonomi pesisir tidak bisa semata-mata memakai kacamata investasi besar. Diperlukan harmoni antara modernisasi dan tradisi. Akademisi memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan tersebut agar pembangunan ekonomi tidak mengorbankan kelestarian sosial dan lingkungan.

Salah satu faktor pendukung yang kini mulai terasa manfaatnya adalah hadirnya transportasi terintegrasi seperti TransJatim. Keberadaan jaringan transportasi ini membuka akses ekonomi yang lebih luas antara pesisir dan pusat kota. Mobilitas manusia dan barang menjadi lebih efisien, distribusi produk UMKM pun bisa menjangkau pasar yang lebih besar. Infrastruktur transportasi seperti ini bukan hanya mempercepat arus perdagangan, tetapi juga memperkuat konektivitas ekonomi antarwilayah. Dalam konteks pembangunan wilayah Pantura, hal ini merupakan katalis penting bagi tumbuhnya investasi dan industri baru.

Dalam pandangan penulis, ke depan perlu ada langkah inovatif dari pemerintah untuk mempercepat transformasi ekonomi Pantura. Salah satu usulan strategis adalah pembentukan Badan Investasi Maritim Nasional atau Daerah (BIMN/D) yang khusus menangani potensi investasi di wilayah pesisir. Badan ini bisa berfungsi sebagai penghubung antara investor, pemerintah, dan masyarakat lokal. Dengan adanya lembaga khusus, pengelolaan potensi maritim akan menjadi lebih fokus, terarah, dan berkelanjutan.

Badan ini dapat bekerja lintas sektor mengintegrasikan bidang perikanan, pariwisata, transportasi laut, dan UMKM dalam satu kerangka investasi maritim. Tidak hanya menarik investor besar, tetapi juga memberikan ruang bagi investor kecil dan menengah untuk ikut berpartisipasi. Prinsipnya adalah menciptakan ekosistem bisnis maritim yang inklusif, di mana masyarakat lokal menjadi bagian dari pertumbuhan ekonomi, bukan korban dari perubahan.

Jika gagasan ini dijalankan secara konsisten, Pantura Lamongan bisa menjadi model pembangunan ekonomi maritim berbasis lokal yang sukses. Tidak berlebihan jika kita berharap kawasan ini akan menjadi “gerbang emas” investasi maritim di Jawa Timur. Letak geografis yang strategis, sumber daya alam yang melimpah, serta dukungan transportasi yang semakin baik, semuanya adalah modal besar. Tinggal bagaimana sinergi antara pemerintah, akademisi, dunia usaha, dan masyarakat bisa benar-benar diwujudkan dalam tindakan nyata.

Masa depan Pantura Lamongan bukan hanya soal ombak dan pasir pantai, melainkan tentang bagaimana laut menjadi sumber kehidupan yang berkelanjutan. Ketika investasi diarahkan untuk meningkatkan nilai ekonomi masyarakat pesisir, ketika UMKM siap naik kelas dengan inovasi dan digitalisasi, serta ketika pemerintah berani mengambil langkah progresif melalui badan investasi maritim baru, maka bukan tidak mungkin Pantura akan menjadi ikon baru ekonomi biru Indonesia.

Lamongan memiliki peluang besar. Tinggal kemauan bersama untuk menjadikannya kenyataan. Karena sejatinya, laut bukan hanya untuk dilihat keindahannya, tetapi juga untuk dikelola dengan bijak sebagai sumber kemakmuran bagi generasi mendatang. Pantura Lamongan sedang menunggu momentum itu dan kita semua punya peran untuk mewujudkannya.(*).

Komentar Dinonaktifkan pada Pantura Lamongan Siap Jadi Magnet Investasi Maritim dan UMKM